Lahat, BKO – Harlah Nahdlatul Ulama ke-96 M/99 H PCNU Kabupaten Lahat yang diselenggarakan di pendopoan rumah dinas Bupati lahat, Kamis (03/02).dihadiri langsung oleh cucu Pendiri NU Hadratus Syaikh KH. HASYIM Ashari yaitu KH. Fahmi Amrullah Hadziq atau yang lebih dikenal sebagai Gus Fahmi dari Jombang, Bupati Lahat Cik Ujang,SH, Sekda Lahat Chandra,SH.MM, Ketua DPRD Lahat Fitrizal Homizi,ST, ketua DPD Partai Nasdem lahat Arry Amd. Anggota Dprd lahat dari partai PKB ANDRIANSYAH, Forkopimda dan OPD pemerintah Kabupaten Lahat, Ketua TP.PKK Lahat beserta anggota, Ketua PWNU Sumatera Selatan, Ketua PCNU Lahat serta anggota, Kakamenag Lahat, Tokoh agama, kyai, ulama dan umaroh serta para tamu undangan lainnya yang datang dari berbagai daerah.
Ketua PCNU Kabupaten Lahat Drs.H.Nafiqurrahman,MM ketua PCNU kabupaten lahat dalam kata sambutanya mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan tamu undangan yang sempat hadir untuk menghadiri Harlah NU pada hari ini.Kelahiran Nahdlatul Ulama atas dasar kesadaran setiap manusia hanya bisa memenuhi kebutuhannya apabila bersedia berusaha dan juga sebagai wadah para ulama dan pengikutnya dengan tujuan memelihara,melestarikan,mengembangka ajaran agama Islam yang mengandung ahli sunnah wal jama’ah.
” Tujuan Nahdlatul Ulama dilahirkan untuk mempersatuan langkah para ulama dan pengikutnya untuk melakukan kegiatan-kefiatan dalam menciptakan kemaslahatan masyarakat guna kemajuan bangsa serta meninggikan harkat dan martabat manusia.”ujarnya
Dalam kata sambutannya KH.Khusnudin Karim selaku Ro’is Suriyah PCNU Kab Lahat mengatakan bahwa pada peringatan Harlah Nahdlatul Ulama yang terdiri dari berbagai macam latar belakang masyarakat akan tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan Lahat semakin Bercahaya.
Masih menurutnya seperti apa yang di usung dalam Harlah NU tahun ini Merawat Jagad Membangun Peradaban yang di artikan merawat jagad sudah pasti akan tetapi sebagai bangsa Indonesia harus mempunyai tekad dan komitmen NKRI harga mati.
“Mudah-mudahan dengan Harlah NU ini sebagai momen untuk mempersatukan kita semua dan Nahdlatul Ulama juga mengajak agar lebih dalam lagi karena manusia tidak hanya mempunyai unsur jasmani akan tetapi juga mempunyai unsur rohani.Insyaallah Nahdlatul Ulama akan selalu membawa kedamaian karena adanya ukhuwah yaitu ukhuwah islamiah,ukhuwah Basyariah,dan ukhuwah wathoniah” harapnya.
Sementara itu Bupati Lahat Cik Ujang,SH menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berdiri pada tahun disurabaya pada tahun 1926 merupakan organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi Nahdlatul Ulama juga mempunyai andil yang sangat besar dalam merebut kemerdekaan RI.
Bupati Lahat mengajak masyarakat Kabupaten Lahat untuk bersatu dan kompak dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia, terus maju berdemokrasi dan sejahtera.
” kepada seluruh warga Nahdliyin yang ada dikabupaten lahat saya Bupati Kabupaten lahat sekaligus sebagai Muhtasyar mengucapkan Selamat Harlah NU ke-96 M/99 H pada tahun 2022 ini, kepada masyarakat Kabupaten Lahat agar senantiasa selalu menanamkan rasa nasionalisme, selalu kompak, maka insyaallah Kabupaten Lahat akan bertambah maju dan juga sejahtera berkat sinergitas dari semua pihak.” tutup Cik Ujang SH.
KH. Fahmi Amrullah Hadziq atau Gus Fahmi Jombang dalam ceramahnyA menyampaikan pesan kepada seluruh Nahdliyin dan warga NU untuk selalu bersinergi dengan pemkab lahat.
” Seluruhnya tanpa terkecuali warga NU dikabupaten lahat harus selalu kompak dalam mendukung program kerja bapak Bupati Lahat, hal ini perlu saya tegaskan karena Mulai saat ini saya memberikan gelar dan memangil Bupati lahat dengan sebutan GUS CIK UJANG,” ucap cucu KH. HASYIM ashari itu Lantang.
Sontak para tamu yang memadati pendopoan rumah dinas bupati lahat tersebut memberikan tepuk tangan.
Penanggung jawab dan pengarah kegiatan Harlah Ali affandi mengatakan Dengan mengangkat tema “Merawat Jagad Membangun Peradaban” adalah merupakan wujud kecintaan NU terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara dengan ikut memelihara kerukunan antar umat beragama dan bersinergi dengan pemerintah dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjunjung tinggi ke bhinekaan karena dengan saling menghargai dan menjunjung tinggi kebersamaan maka kehidupan kita akan menjadi indah dan bisa berguna bagi nusa dan bangsa khususnya untuk kabupaten lahat Bercahaya ini,” terang Ali affandi.
Sejarah singkat KH Hasyim Asy’ari
KH.Hasyim asy’ari memiliki dua trah sekaligus yakni bangsawan dan elit agama. Dari bapak, nasabnya tersambung sampai bangsawan Muslim Jawa yaitu Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya (Abdurrahman) dan juga Sunan Giri (Ainul Yaqin), sebagai seorang elit agama. Sementara dari jalur ibu, tersambung sampai ke Bangsawan Hindu Jawa yakni Lembung Peteng atau Raja Brawijaya IV. (lihat Achmad Muhibbin Zuhri dalam Pemikiran KH M Hasyim Asy’ari tentang Ahl Sunnah wal Jama’ah, 2010: 68).
Jalur keturunan dari bapak adalah M Hasyim Asy’ari bin Asy’ari bin Abdul Wakhid bin Abdul Halim (Pangeran Benawa) bin Abdurrahman (Jaka Tingkir) bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fattah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yaqin (Sunan Giri). Lalu jalur keturunan ibu yakni M Hasyim Asy’ari bin Halimah binti Layyinah bin Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir bin Lembu Peteng (Prabu Brawijaya IV).
Sedangkan Alwi Shihab, dalam buku Islam Sufistik: Islam Pertama dan Pengaruhnya hingga Kini di Indonesia (2001: 117) menyebutkan bahwa Mbah Hasyim juga memiliki trah Basyaiban, yaitu darah keturunan dari para dai Timur Tengah dari Ahlul Bait yang melakukan penyebaran Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada abad ke-14.
Mbah Hasyim merupakan kiai yang memiliki kecerdasan luar biasa. Sejak masih di kandungan, Nyai Halimah sudah merasakan keanehan terhadap bayinya itu. Hal ini setelah Nyai Halimah bermimpi melihat bulan yang ada di langit dan jatuh tepat ke dalam kandungannya. (Ni’am Syamsun, Wasiat Tarekat Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, 2011: 89).
Tentu mimpi yang dialami Nyai Halimah itu bukanlah sesuatu yang biasa-biasa saja, tetapi sebagai penanda keajaiban serta kehebatan Mbah Hasyim ketika lahir nanti. Karena itu, tak heran jika ketika Muhammad Hasyim Asy’ari berusia 13 tahun, ia sudah berhasil menguasai berbagai ilmu termasuk bahasa Arab. Bahkan ia sudah diberi izin untuk mengajar di pondok sang ayah.
Hasyim Asy’ari nyantri di banyak pesantren
Ketika berusia 15 tahun, Hasyim asy’arimemutuskan untuk belajar ke berbagai pondok pesantren di Jawa dan Madura. Di antaranya Pesantren Wonocolo Jombang, Pesantren Purbalingga, Pesantren Langitan, Pesantren Trenggilis Semarang, dan termasuk belajar di pondok Syeikh Kholil Bangkalan, Madura. (lihat Mukhlis Lbs dalam Konsep Pendidikan menurut Pemikiran KH Hasyim Asy’ari, 2020: 83)
Tak lama dari situ, Mbah Hasyim pindah pondok di Siwalan Sidoarjo (1891) yang terkenal dengan pengasuhnya seorang ulama alim dan berpandangan luas, yakni KH Ya’qub. Di sini, sekitar lima tahun, Mbah Hasyim belajar agama.
Lalu pada 1893, Mbah Hasyim dianjurkan oleh KH Ya’qub untuk berangkat ke Mekkah memperdalam ilmu dan pengetahuan keagamaannya. Di sana, ia berguru kepada ulama-ulama besar. Antara lain adalah Syekh Ahmad Amin Al-Attar, Sayyid Sultan bin Hasyim, Sayyid Ahmab bin Hassan Al-Attas, Syekh Said Al-Yamani, Sayyid ‘Alawwi bin Ahmad Al-Saqqaf, dan Sayyid Abbas Al-Maliki. Di Makkah, Mbah Hasyim belajar selama kurang lebih 7 tahun dan pulang ke tanah air untuk meneruskan pondok sang kakek, Kiai Utsman di Jombang. (lihat Intelektualisme Pesantren, Potret Tokoh, dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren 2003: 75-76)
Tepat pada 2 Juli 1947, Mbah Hasyim dikabarkan wafat karena penyakit darah tinggi atau stroke. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pasca disowani Bung Tomo dan Jenderal Sudirman untuk menyampaikan kabar mengenai agresi Belanda I. (lihat Zuhri dalam Pemikiran KH M Hasyim Asy’ari tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, 2010: 71).*** (Tirta.Ka)